Arsip untuk Maret, 2012

Terlalu

Apakah saya sudah kurang terbuka ya mata hatinya, bahwa ketika harga BBM naik dan orang-orang sibuk berdemo menentang, saya hanya melihat dan sebenarnya dalam hati memaklumi kenaikan ini ?

Namun …. saya muak melihat para mahasiswa demo anarkis seperti yang ditampilkan di televisi, dan saya yakin banyak masyarakat yang berpikir demikian. Mereka tidak memberikan solusi apapun ! Jika aksi itu dilakukan agar suara mereka didengar : yup mereka berhasil, suara nyaring dan cempreng mereka didengar oleh masyarakat kebanyakan sebagai preman jalanan yang koar-koar sok idealis. Tidakkah mereka sadar, di proses anarkisme mereke, mereka memutar balikkan semua yang mereka perjuangkan.

“Bela rakyat !”

Kenyataannya banyak rakyat yang terkena imbas jalan ditutup, mobil pribadi dirusak. Mengusir orang-orang yang secara legal sedang berada di restoran hanya untuk menjarah dan koar-koar kembali.

“Jangan tindas rakyat!”

Kenyataannya mereka demo di depan jalan rumah sakit yang aksesnya sangat diperlukan untuk para pasien.

 

Ya Allah.

Kasihanilah polisi yang bertugas mengamankan, jangan hanya ketika polisi mengeroyok mahasiswa kamera disorot, sedangkan sebelumnya ketika mahasiswa itu membawa tongkat dan mengayun-ayunkan ke aparat seperti dilupakan.

Saya bertanya : adakah sebuah negara maju yang Mahasiswanya suka berdemo ? jawabnya kemungkinan besar TIDAK ADA. Majulah dulu secara akademis, majukan diri sendiri untuk bisa memajukan masyarakat. Bukan terus-terusan demo, demo, demo, demo! Ketika mahasiswa di luar berlomba-lomba untuk meraih prestasi yang nantinya akan memberikan kontribusi kemajuan umat manusia, mahasiswa Indonesia hanya dikenal tukang demo…  Saya memaklumi jika adakalanya revolusi diperlukan dan membutuhkan bala bantuan mahasiswa untuk penyalur aspirasi rakyat. Tapi jangan terus-terusan, suatu saat kembalilah ke bangku akademik dan buktikan mahasiswa mampu untuk membuat sesuatu, bukan untuk merusak sesuatu.

Saya harus berkaca bahwa ketika dulu PSSI mendzalimi Arema saya dengan menggebu-gebu mendukung anarki, dan saya akui ketika saya menulis ini dan melirik balik tulisan itu, saya mengaku bahwa itu konyol. Mungkin mahasiswa sekarang posisi emosinya sama dengan saya dulu selaku pendukung Arema yang frustasi tidak bisa berbuat apa-apa. Namun pahamilah mahasiswa… you are a lot better !!!

Ketika anda memukul perampok yang sedang menyambangi rumah anda dan mengancam keselamatan keluarga anda, akan berbeda dengan ketika anda mendatangi dan menggebuki perampok yang sedang duduk melamun. Janganlah langsung memukul, jadilah teman bicara dan beri dia pekerjaan yang akan membuat dia melupakan niat merampoknya. berilah solusi bukan anarki.