Arsip untuk Januari, 2010

Google social search?

Another nice feature from Google. So if you have a contact book saved in your google account, Google will try  to relate the content that your friends have had, e.g  blog, website (facebook note perhaps ? hehe), with your search keyword. Maybe you want to search “baby sleep patterns” and one of your friend already have written a nice article for it, Google will present that article in your “social research result”.

This is still beta though, what do you think ?

Sumber :

http://googleblog.blogspot.com/2010/01/search-is-getting-more-social.html

Selamat Ulang Tahun Garuda Indonesia!

Siapa sih warga negara Indonesia yang gak kenal Garuda? kenal sih kenal, tapi mungkin gak pernah naek ya, saya aja belu. Malah pernah naiknya maskapai negara tetangga (ndak nasionalis huuuu).

Seulawah

61 tahun yang lalu, tepat pada tanggal ini, 26 Januari 1949, Garuda Indonesia didirikan, dulu namanya Garuda Indonesian Airways. Pesawat pertama yang dimilikinya adalah sebuah Douglas (sekarang sudah diakuisisi oleh Boeing) DC-3 yang diberi nama Seulawah. Hebatnya pesawat ini disumbangkan oleh masyarakat Aceh (ironisnya pemerintahan jakarta malah lupa. Aceh dulu dimasukkan ke propinsi Sumatera Utara, bahkan menjadi Daerah Operasi Militer).

Garuda  ber”pangkalan” di Soekarno Hatta dan mempunya hub bandara di I Gusti Ngurah Rai Denpasar, dan melayani jalur Domestik, kota-kota di Australia, Asia, Timur Tengah, bahkan sempat memiliki jalur ke Eropa, Amerika Utara, namun dua jalur ini ditutup, diperparah dengan larangan terbang seluruh maskapai Indonesia ke Eropa pada tahun 2007 yang untungnya sudah dicabut terhitung Juli 2009. Sebenarnya tidak heran larangan terbang ini dikeluarkan, track record penerbangan Indonesia cukup buruk, bahkan ada beberapa kecelakaan besar melibatkan maskapai resmi Indonesia ini. Untungnya setelah beberapa perbaikan menyeluruh untuk peningkatan keselamatan kerja, Eropa mau mencabut larangan terbang terhadap Garuda Indonesia pada Juli 2009 walaupun sempat menolak pengajuan pencabutan sebelumnya.

Dan dimasa awal reformasi, ternyata Garuda goyah, sebagaimana BUMN lainnya yang dikelola secara buruk dan tidak efisien. Ini juga disebabkan oleh beberapa even yaang sangat tidak mendukung industri penerbangan dan turisme Indonesia seperti peristiwa 11 September 2001, Pengeboman Bali, Tsunami Aceh 2004. Tercatat  pada  tahun 2004 Garuda Indonesia mencatat kerugian tahunan sebesar 600 M Rupiah atau  yang disebabkan juga antara lain oleh rute-rute yang tidak produktif dan utang yang membengkak.

Emirsyah Satar

Emirsyah Satar ditunjuk menjadi CEO Garuda Indonesia tahun 2005. Beliau sempat mengajukan syarat kepada pemerintah yang menunjuknya, untuk diberi wewenang penuh dalam mengambil keputusan di Garuda Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan menutup rute-rute yang merugi.

Dimulai dari kepemimpinannya, Garuda mulai berhasil menapakkan kaki maju ke depan. Kerugian tahunan berhasil dikurangi. hal ini tidak lepas dari strategi Garuda Indonesia dalam menghadapi persaingan yang begitu kencang di masa tahun 2000 an. Banyak maskapai bermunculan dengan memberikan tarif yang rendah (low fare aircost) untuk melayani rute dosmetik Indonesia, rute yang selama ini dikuasai Garuda. Namun ternyata Garuda tidak mau untuk ikut terjun di perang harga yang dijalankan oleh maskapai lainnya. Dengan tarif yang normal, Garuda mengedepankan pelayanan kelas tinggi, termasuk di pre-journey, past journey dan inflight servicenya.   Emirsyah menggambarkan bahwa Garuda bukan sebagai “Transport Company”, tapi “Travel Company”, untuk itu penting bagi Garuda memberikan pelayanan yang prima bagi para penumpangnya. Beberapa cerita dari penumpang  (contohnya Hermawan Kertajaya dari MarketPlus bercerita di majalah Marketer) menyatakan kepuasannya atas perbaikan layanan Garuda Indonesia ini, termasuk ketika menggunakan Garuda Frequent Flyer dan Business Lounge yang memanjakan penggunannya. Menu yang begitu Indonesia (ada Nasi Kebuli, Mini Nasi Tumpeng. dan Nasi-nasi lainnya yang tidak akan ditemui di maskapai lainnya), berbagai macam kopi khas Indonesia disediakan di pesawat, mengIndonesiakan Garuda.

Seiring dengan dicabutnya larangan terbang ke Eropa, Garuda juga berusaha untuk memperbaiki diri. Maskapai-maskapai baru akan didatangkan termasuk pesawat Airbus A330-243, Boeing B737-800NG, Boeing B777-300 ER, dengan menggunakan logo baru, corak warna baru, termasuk yang disematkan di ekor armadanya. Akhir-akhir ini juga telah disoft-launching seragam pramugari yang lebih selaras dengan warna interior pesawat, lebih mem”bumi” kata para perancangnya.

Hasilnya? Garuda Indonesia berhasil menjadi salah satu maskapai dunia yang bertahan, bahkan mencatat pertumbuhan positif akhir-akhir ini, bahkan ketika krisis 2008-2009 sempat melanda secara global yang berakibat memburuknya industri penerbangan global. Garuda juga sedang bersiap membuka kembali rute ke Eropa dan Los Angeles. Garuda Indonesia telah berhasil menggapai bintang 4 Skytrax Indonesia dan berjalan terus menuju bintang 5, puncak rating yang diberikan oleh lembaga penilai penerbangan internasional ini, sebagai tanda kinerja pelayanan yang memuaskan.

Selamat ulang tahun Garuda Indonesia yang ke-61. Semoga di usiamu yang semakin tua ini, engkau terus berjalan menjadi perusahaan ikon, kebanggaan bangsa Indonesia!

Laut(ku)?

laut atau gunung ?
Tampaknya manusia terbagi menjadi dua kelompok ini, entah kenapa, jika dia suka laut dia akan tidak terlalu tergila-gila dengan gunung, dan sebaliknya ketika hatinya sudah tertancap di gunung, laut baginya tampak biasa saja.
Aku ? seringkali aku membayangkan menjadi pelaut yang melampui ombak dan menantang langit, tak tertanam di benak bayangan sebagai penakluk tebing dan jurang gunung
Kaki diterpa ombak dan membayangkan aku berputar bergerak mengikuti bumi ini, walau kusadari ini hanyalah keterharuanku, tapi begitulah rasanya rasa yang kubayang-bayang
Birunya langit cerminan birunya laut, ataulah birunya langit mengaca birunya laut, bagaimanapun kusimak birunya warnanya begitu padan dengan warna pantai yang merekah putih krem sisa kehidupan laut yang sekarang retak diterpa matahari
Jika kau bertanya apakah laut itu tempat menyepi? deburan ombaknya memberikan suara yang tak pernah aku dengar di tempat lainnya namun harus kusetujui perasaan ketersendirian selalu ada di balik gemuruh gelombang itu
Mungkin karena kusadar tak ada pemukiman di ambang laut sana, tak ada manusia yang menapakkan kakinya, tak ada jalan yang berliku padat di permukaan biru yang kuceritakan tadi
Aromanya selalu khas dengan garam kering menyengat tak ada pohon yang menghalangi angin itu datang dari laut menerpa wajah
Jika aku duduk di dalam bayang, angin itu selalu mampu membawaku ke alam tidur terlelap-lelap
Dan tiba-tiba aku ingin melihat biru itu lagi, mendengar suara itu dan menghirup angin itu
Aku ingin ke laut

Google VS Beijing

Menarik sekali membaca sumber dari google bahwa akhir-akhir ini google sedang mendalami pendekatan baru tentang bisnisnya di Cina. Hal ini bermula dari Desember lalu, ketika Google berhasil mendeteksi adanya serangan keamanan yang begitu canggih, yang dipercaya berasal dari Cina.

Serangan ini setelah ditelusuri bertujuan untuk mengakses akun-akun gmail milik aktivis hak asasi manusia yang berasal dari Cina, walau hanya berhasil mengakses informasi tentang akun tersebut seperti tanggal pembuatan, nama pengguna dan semacamnya.  Namun setelah ditelusuri lebih jauh lagi, akun-akun aktivis HAM dari US, Eropa dan Cina yang aktif melakukan advokasi di Cina juga secara rutin diakses oleh pihak ketiga, melalui mallware yang terinstall di komputer pengguna, bukan melalui serangan frontal ke google.

Cina sebagai negara yang merangkak cepat naik ke negara maju, juga mengalami kemajuan pesat di bidang teknologi informasi, termasuk berkembangnya pasukan-pasukan cyber dari negara tirai bambu tersebut. Pasukan cyber ini ditengarai sering melakukan serangan-serangan ke perusahaan-perusahan IT terkemuka yang notabene berasal dari Amerika Serikat seperti Google. Dan serangan terakhir ke Google ini membawa Google kepada keputusan pendekatan baru dalam bisnisnya di Cina.

Google Cina

Google membuka google.cn pada tahun 2006 bukannya tanpa hambatan. Pemerintah China yang terkenal cukup tertutup, ciri khas negara komunis, memberi syarat bahwa pemerintah China atau Beijing berhak untuk menentukan sensor akan hasil-hasil pencarian google. Awalnya Google menyetujui, namun akhir-akhir semakin sering terjadi perselisihan akan hasil pensesoran dari beijing, puncaknya pada bulan Juni 2009 dimana pemerintah Cina menghukum dengan pemblokiran akses ke google dan gmail karena keengganan Google untuk menuruti kemauan Beijing. Tentu karena pada dasarnya Google menganut kebebasan informasi termasuk dalam hasil pencariaan.

Serangan yang ditengarai begitu canggih pada bulan Desember 2009 lalu diselidiki berasal dari Cina. Pada kasus ini pemerintah Cina tidak begitu saja bisa langsung disalahkan karena akan sulit menarik rantai bahwa pelaku digaji dan dipekerjakan oleh Beijing untuk melakukan serangan-serangan terhadap objek fital, terutama yang dimiliki oleh perusahaan terkemuka US dan pemerintah US sendiri. Bisa saja pelaku serangan adalah warga Cina biasa yang tersengat rasa nasionalisme, sangat sulit dibuktikan bahwa serangan tersebut terafiliasi dengan pemerintahan Beijing. Namun pada akhirnya ini memaksa (atau malah membuka pikiran) Google untuk mengubah strateginya di Cina.

Google memutuskan untuk tidak lagi melakukan pensesoran hasil pencarian di Cina, sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh Beijing. Dan kemudian mereka akan mendiskusikan dengan pemerintah Cina bagaimana keterbukaan ini tetap berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku, dan jika pada akhirnya tidak ditemukan titik temu, Google mempertimbangkan untuk mematikan Google.cn dan menutup kantor Google Cina.

Microsoft & Yahoo ?

Cina tetap saja merupakan pangsa yang besar, besarnya penduduk dan meningkatnya taraf hidup masyarakat di sana bagaikan madu yang menarik banyak perusahaan untuk memanfaatkan pasar raksasa tersebut. Jika Google memutuskan untuk “menarik diri” dari sana apa yang dilakukan oleh Microsoft dan Yahoo? Perusahaan tersebut bisa saja menjadi anak baik yang menuruti keinginan Beijing dan mengisi pasar yang lowong yang ditinggalkan oleh Google. Namun hal tersebut akan menjadi semacam “Bad Publicity” atau publikasi yang buruk bagi perusahaan-perusahaan tersebut, apalagi di era dimana keterbukaan begitu diagung-agungkan di hampir seluruh belahan bumi yang lain.

Jadi kita lihat saja kelangsungan perang ini 😀

Nisa

Nisa pun merengek-rengek, air matanya menetes melewati hidungnya. Ia mendengungkan tangisan hingga nafasnya habis untuk kemudian mengisak kembali.

Abi pun terdiam seribu kata, sulit sekali menyusun kata-kata. Ketika dulu mengumandangkan adzan di telinga anaknya itu tak terbayangkan betapa anak kecil sungguh akan berbeda dengan orang dewasa yang sering ia jumpai. Sebagai mandor pabrik ia sering dipercayai menengahi pihak manajemen dengan buruh, entah kenapa ketika ia berkata-kata di hadapan buruh yang dibawahinya, kalimat dapat tersusun rapi, terucap dengan wajar walau penuh makna persuasi.

Namun kata-kata itu sekarang hilang. Abi membelai rambut anak semata wayangnya itu sementara Nisa masih terus menggumamkan tangisnya.

“Nduk… makanan di rumah masih banyak. Ndak perlu sampai harus membeli di luar kan ?”, Abi bertanya dengan penuh hati-hati dan mengarahkan pandangannya ke Nisa.

Umi memandang dari dapur usaha suaminya untuk menenangkan Nisa. Ia tersenyum kecil, ia memang sengaja memberikan sebuah waktu bersama yang cukup antara Nisa dan ayahnya. Kemarin malampun ia sudah mengancam agar suaminya itu tidak menghabiskan waktu akhir pekannya di pabrik sebagaimana akhir pekan-akhir pekan sebelumnya.

“Abi harus di rumah besok! Nisa butuh perhatian Abi “, Umi menatap tajam Abi.

“Iya Mi, aku kan udah janji”, Abi menyahut kecil dengan tenang. Di dalam pikirannya tak terbayang segala daya upaya yang harus dia kerahkan hari ini.

Dan sekarang wanita yang tepat hari ini akan berumur 5 tahun itu masih merengek di hadapan Abi. Nisa meminta Lima buah paket makanan dari sebuah restoran terkemuka yang memang sering Abi dan Nisa lewati ketika mengantarkan buah hatinya itu ke playgroup setiap hari Selasa dan Kamis.

“Lima untuk menandakan 5 tahun, sebuah penghamburan…. Nisa harus belajar bersahaja, tak semestinya berlebihan seperti ini “, pikir Abi. Sebenarnya Abi patut bersyukur karena di hari ulang tahunnya ini, Nisa tak meminta apapun kecuali lima buah paket yang memusingkan Abi itu. Namun ia paham walau ia berkhutbah panjang tentang pemborosan di depan buah hatinya itu, belum tentu Nisa akan dengan mudah mengerti. Buktinya hampir satu jam Nisa masih belum menghentikan isaknya.

Dan puncaknya, Nisa melengos pergi dari hadapan ayahnya, ia pergi menuju ke kamar mainnya. Sebuah aksi kengambekan tingkat tinggi yang belum pernah ia peragakan sebelumnya, apalagi ke Abi yang memang harus menghabiskan sebagian besar waktunya di pabrik untuk bekerja.

Abi pun tercengang. Ia memandang Nisa membelakanginya pergi setengah berlari. Ego Abi sebagai seorang ayah dan laki-laki serasa campur aduk menghadapi aksi buah hatinya itu. Ia tahu bahwa anaknya benar-benar berharap keinginannya dipenuhi oleh Abi walau itu sedemikian tidak sesuai dengan pendapat sang ayah.

Abi menarik nafas dalam-dalam, menengok, pandangannya mencari-cari Umi yang berdiri di dapur. Umi hanya tersenyum dan mengangkat bahu. Umi menolehkan kepala ke arah nisa dan dengan isyarat badan sedemikian rupa, Umi meminta sang ayah untuk menghampiri Nisa.

Abi bangkit berdiri.

“Baiklah, ayo kita beli. Nisa ganti baju dulu ya”, Abi berkata cukup lantang tanpa mengurangi kelembutan nadanya, berharap Nisa yang berada di kamar mainnya mendengar apa yang diucapkannya. Benar saja, Nisa beranjak keluar dari kamar mainnya sambil tersenyum walau wajahnya masih sedikit basah akan sisa tangisnya tadi. Nisa melangkah-langkah sambil berjingkat menuju Uminya, “Nisa make baju apa ya, Mi? “. Sebuah kelegaan di hati Abi melihat kegembiraan kecil buah hatinya itu.

Tak berselang berapa lama, di dalam mobil yang melaju, Abi melirik Nisa yang duduk di kursi belakang, sedang tersenyum cukup lebar memandangi hasil permintaannya yang telah dipenuhi. Nisa bak seorang putri kecil dengan mainan kerajaan yang mengelilinginya. Plastik-plastik berisi paket makanan itu memenuhi ruang duduk belakang menemani Nisa yang meringis bahagia, kepalanya tak henti-hentinya menoleh kiri dan kanan memandangi jalan yang dilaluinya.

“Nisa bilang apa ke Abi hayo? “, Umi menyela dari kursi penumpang depan.

Nisa berdiri dari kursi belakang dan menghampiri kursi pengemudi, ia merangkul tangan ayahnya dengan lembut, “Terima kasih ya Abi”. Nisa masih tersenyum lebar ketika memberikan kecupan kecil di pipi ayahnya. Abi pun membalas senyum Nisa dengen tak kalah lebarnya, ia mendapat hadiah kecupan, membawanya ke imajinasi bahwa ia seorang ayah terhebat di dunia.

Namun tiba-tiba tangan Nisa yang merangkul tangan Abi, menyentak dengan keras.

“Abi, berhenti dulu ! ”, Nisa berujar sedikit berteriak.

Abi secara reflek membanting setir ke kiri sambil menghindari kendaraan lainnya yang berjalan di kiri. Ia mengemudi dengan hati-hati memarkir mobil di pinggir kiri badan jalan.

Dengan kebingungan ia memanggil Nisa “ Nisa kenap…..”, Abi kembali terkejut ketika anaknya sudah meloncat, membuka pintu sebelah kiri dan keluar. Nisa mengambil dua bungkusan makanan tadi dengan menggunakan kedua tangan mungilnya, kemudian membalikkan badan berjalan semi berjingkat ke sebuah tempat.

Abi pun dengan tergesa-gesa membuka pintu pengemudi di sebelah kanannya. Dengan hati-hati ia berjalan sedikit terburu mengelilingi belakang mobilnya, mencari Nisa.

Abi menghitung… tepat 5 anak jalanan, dua diantaranya seumuran Nisa, mengerubut bagai semut di hadapan buah hatinya itu. Hampir semuanya dari mereka memakai pakaian sisa pemilu kemarin, dengan warna putih yang sudah tercampur debu dan kelamnya asap kendaraan. Kulit mereka semua pun hitam bukti dari sebagian besar waktu yang mereka habiskan dengan tersengat teriknya sinar matahari di jalanan. Gitar-gitar kecil mereka yang dibuat ala kadarnya juga terserak begitu saja di tanah. Namun wajah mereka begitu ceria menyambut bingkisan yang dibawa oleh Nisa. Nisa pun terlihat tak kalah cerianya. Nisa sempat berbalik untuk mengambil sisa bungkusan dari mobil. Mereka hampir seperti tertawa bersama-sama, mencampur adukkan keceriaan yang mereka tunjukkan di sebuah siang yang panas itu.

“Abi sayang Nisa, selamat ulang tahun ya”, Abi memeluk Nisa dengan erat, begitu erat hingga rasanya ia tak mau melepaskannya.

======

For my dearest, buah hati “kecil”ku, Happy 24th Birthday 😉

12 Januari 2010.