Arsip untuk Oktober, 2015

Saya dan Manusia : Part 2

Itulah, buat saya memahami “manusia” itu sendiri sangat sulit. Saya sering menutup diri bahwa akan begitu banyak jenis manusia, bahwa antara dua manusia pasti akan ada perbedaan karakter, sifat, pandangan, pemikiran apalagi jika pengamatan itu disebar hingga yang bernama masyarakat. Ada yang keras kepala, ada yang memang aslinya pemalas, ada yang idealis, ada yang suka ngartis. Ada saya yang percaya proses penciptaan, dan ada orang-orang di luar sana menafikkan hal itu. Saya cenderung menutup diri terhadap perbedaan-perbedaan tersebut sehingga saya sendiri merasa saya kurang luwes
Karena kekurang luwesan itu saya sendiri sulit percaya artinya sahabat. Saya adalah orang idealis tentang konsep sahabat itu sendiri, dimana idelnya adalah seorang sahabat akan seringkali berkorban untuk kepentingan pihak yang lain dibandingkan dirinya sendiri.

Namun ketika saya mencoba bercermin, saya tidak akan bisa manjadi orang yang seperti itu, dan pengalaman saya bertemu dengan manusia-manusia lainnya, pada dasarnya masing masing akan punya kepentingan sendiri. Menjalin pertemanan selama bertahun-tahun, akhirnya toh akan runtuh ketika dihadapkan akan jalan pribadi yang memaksa saling tidak bertemu, saling tidak bertukar kabar, dan semuanya akan selesai dengan sendirinya. Pertemanan akan bisa berakhir dengan mudah, bagaimana mau bicara dengan tentang persahabatan.

Tapi itu saya, semuanya adalah tergantung akan kepercayaan orang tersebut terhadap sebuah konsep. Ketika banyak orang di akhir kesibukan harinya bertemu dengan teman-temannya, sekedar menikmati berkumpul bersama, atau berbincang, saya sadar sepenuh hati saya bukan orang yang terlalu nyaman akan hal tersebut. Bukannya saya tidak berusaha memahami konsep tersebut, namun entah mengapa saya merasa saya sendiri takut akan kecewa dengan harapan bahwa saya dapat menemukan “sahabat” atau sekedar “teman” sejati saya. Tidak. Dari pengalaman saya, semua akan berpulang ke kepentingan mereka masing-masing.

Saya hanya berusaha untuk menjadi orang yang tidak merugikan orang lain, maksimal menjadi orang yang menyenangkan bagi orang lain, bukannya menjadi orang yang menyebalkan, yang secara universal orang akan menghindar darinya.

Saya dan Manusia : Part 1

Memahami bagaimana makhluk bernama manusia ada pada posisi nya sekarang bagi saya adalah hal yang mudah. Saya akan selalu percaya dengan proses Penciptaan, sama dengan ketidak percayaan saya bahwa batu, tanah, dan besi, yang diletakkan begitu saja, bisa mampu menjadi sebuah rumah utuh yang bekerja lengkap dengan sebuah sistem yang berkolaborasi secara harmonis, tak peduli seberapa lama batu tanah dan besi tersebut teronggok entah ribuan jutaan bahkan miliaran tahun.

Sama dengan evolusi makhluk satu sel menjadi sebuah sistem yang organisme, adalah suatu proses yang saya “paham” adanya campur tangan Yang Maha Kuasa, Yang Maha Hebat, Yang Maha Semuanya. Dimana bahkan proses sekecil penutupan luka yang tergores, jika kita pelajari secara seksama, adalah proses yang sedemikian kompleksnya, proses penutupan suatu luka tersebut adalah sebuah proses yang sedimikian rupa sehingga mampu bekerja dengan hebatnya, bukan hanya karena sesuatu yang diletakkan begitu saja dan mampu mengatur dirinya sendiri. Kekompleksan proses tersebut bisa tampak dari sudut pandang manapun baik dari sisi ilmu Biologi, Kimia, Fisika, baik dari senyawa-senyawa yang terlibat, sel-sel yang berkembang, semuanya yang ilmunya baru dikuasai umat manusi hanya dalam hitungan ratusan tahun.
Namun itulah manusia yang ketika dengan kesombongan bahwa mereka berhasil menjejakkan kaki di bulan, mereka lupa ada sebuah sistem galaksi dan alam semesta yang berjalan begitu raksasanya, dan sekali lagi, tidak mungkin jalan begitu saja tanpa ada yang mengaturnya. Dengan itu, yang saya maksud saya “paham” adalah, saya mengerti manusia tidak akan mampu menguasai semua ilmu yang ada di alam semesta, saya menyerahkan bahwa ada Sang Penguasa Ilmu terebut, dan kita hanya mengetahui hanya secuil yang tidak bisa dibayangkan seberapa kecilnya bila dibandingkan dengan semesta. Saya mengatakan orang-orang jenius dalam bidang alam semesta misalnya, akan saya tuduh bodoh ketika mereka mengaku tidak percaya terhadap proses Penciptaan tersebut, karena toh mereka belum tentu bisa menjelaskan bagaimana tubuh manusia bisa tercipta dan bekerja.