Arsip untuk September, 2009

Petualangan Sang Tokek-man

Petualangan sang Tokek-man

Petualangan sang Tokek-man

Mudik 2.0

Tepat hari ini, tepat dua bulan pula saya bertemu bulan Ramadhan di negeri Belanda. Puasa di sini sungguh tak terbayangkan, bahkan awal Ramadhan tahun ini puasa dimulai sekitar pukul 4 dan selesai pukul 9 malam (saya sih pernah mengalami puasa dari jam 3 pagi hingga 10 malam, yaa nasib belahan bumi utara dan selatan, gak kebayang juga puasa di kutub yang gak pernah buka hihihi…).

Perbedaan

Dan baru Ramadhan tahun ini saya berkesempatan terawih di masjid PPME Amsterdam. Kesannya: wow.  Harus diakui kondisi ini berbeda dengan yang saya temui di Indonesia. Kalau di Indonesia, menjelang akhir Ramadhan shaf akan semakin “maju”, kebetulan saya ikut malam ke 27, pengunjungnya membludaaaaak. Bahkan ada yang dipaksa untuk menunggu berjubel di pintu masuk diomelin sang organisator karena tidak muatnya. Benar sekali bahwa kami adalah minoritas di sini, ketika kami mendapat nikmat untuk berkumpul bersama terasa suasana yang berbeda. Para jamaahnya kebanyakan dari Indonesia, Maroko dan Turki, ada juga orang Afrika, tapi yang mengagumkan dan membanggakan adalah : imamnya berasal dari Indonesia, negeri yang notabene jauh dari awal Islam disebarkan, dengan bacaan yang sungguh merdu…. Kenyataan ini menjadi bukti bahwa perbedaan bisa membawa keindahan..

Namun jangan salah menyangka saya sudah begitu rajinnya ikut itikaf, sayangnya terbentur dengan kenyataan saya harus masuk kantor dan tempatnya yang jauh dari domisili saya di Haarlem. Ketika harus pulang ke kamar jam 7 pagi dan jam 9 nya harus kerja lagi, saya merasa saya masih kurang kuat hati. Moga-moga ke depannya lebih baik lagi. Kondisi yang “agak berdesak-desakan” juga jujur menyebabkan saya sulit berkosentrasi dan hanya jadi follower. Ah ternyata saya masih harus belajar lebih banyak lagi.

Namun kenyataan ini membuat saya bertanya-tanya : mengapa di Indonesia kondisinya bisa berbeda. Yang saya pikirkan selanjutnya  adalah tradisi mudik yang begitu populer di bangsa kita. Jarang-jarang saya temukan tradisi sama di negara lain (mungkin ada yang tahu? di Malaysia mungkin hihihi ). Entah kapan mulainya, tapi saya lihat tradisi ini seperti menjadi suatu keharusan di kalangan umat muslim baik di Jawa, Sumatra, Sulawesi, menjadi sebuah fenomena besar perpindahan manusia, baik fisik maupun secara ekonomi, dari kota-kota besar ke daerah-daerah. Kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung Yogyakarta, bahkan Malang, yang notabene adalah kota-kota pusat  bisnis ataupun pusat pendidikan (berkumpulnya para mahasiswa perantau, seperti saya dulu) menjadi sangat lenggang mendekati perayaan Idul Fitri. Semua mahasiswa, perantau yang mencari sesuap nasi tiba-tiba merasa berkewajiban untuk pulang ke daerah asalnya.

Sebuah Tradisi

Sebuah tradisi yang tidak buruk, kesempatan yang langka untuk menjalin dan membangun silaturahmi dengan keluarga jauh, jarang-jarang kesempatan ini datang. Namun ini juga menjadi bukti tidak meratanya pembangunan di tiap-tiap daerah di Indonesia, terpusat nya “peluang dan kesempatan” menjadi Jawa sentris,  salah satu pulau terpadat di dunia. Tidak heran juga kalo suasana mudik menjadi arus orang-orang keluar dari jawa dan nantinya ketika arus balik, menjadi arus orang-orang masuk ke jawa.

Namun ketika saya coba mengaitkan dengan pola pikir saya : mudik identik dengan kesempatan untuk liburan panjang, itulah yang saya rasakan dulu. Kesempatan untuk lepas dari rutinitas yang harus dihadapi sehari-harinya. Apalagi dengan adanya tunjangan hari raya yang cukup besar bagi orang-orang yang bekerja, semakin lengkaplah rasanya suasana liburan ini.

Berhubung dengan suasana liburan ini, pastilah kita sudah membayangkan hal-hal yang senang-senang ketika kita sudah tiba di masa liburan itu. Konsentrasi kerja jadi tidak jelas (itu yang saya rasakan setiap menjelang liburan:D).  Tapi kita mungkin jadi terlewatkan pikiran bahwa : kita harus bersedih ramadhan telah lewat…..kita menyambut bulan syawal dengan begitu gegap gempitanya padahal tidak ada janji Allah ttg apapun di bulan Syawal (CMMIIW). Diantara 12 bulan hijriyah, Ramadhan lah yang paling sepesial. Dan sudah seharusnya saya mengingatkan terutama diri saya sendiri, jangan sampai karena kita terbayang suasana liburan ini kita lalai dengan Ramadhan itu sendiri.Sekali lagi jangan salah, saya juga masih jauuuuh. Ini sekedar sebuah kata yang saya coba saya terapkan dan ingatkan ke diri saya sendiri.

Mudik 2.0 ?

Saya masih cinta mudik, dan saya juga pengen mudik (apa daya…..). Yak, saya ndak bisa mudik dengan mudahnya karena jarak, waktu dan “sumber daya” yang terbatas. Namun saya juga melihat bahwa mudik jaman sekarang agak-agak bisa terwakili dengan mudik 2.0, meminjam istilah web 2.0. Dulu tak terbayang metode-metode yang sekarang ini populer dalam mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri : Bikin foto spesial kartu lebaran (fotonya beragam, lucu-lucu dan ada juga yang bikin saya tersenyum geli) dan kemudian tag orang-orang yang diinginkan untuk menerima ucapannya. Tidak kalah juga status-status Facebook yang ramai dengan ucapan selamat hari raya Idul Fitri. Jika dulu dengan adanya SMS-SMS lebaran yang membuat kita rindu dengan cara tradisional kartu pos lebaran, mungkin sekarang kita akan merindukan menerima SMS-SMS lebaran yang saya prediksi akan berkurang intesitasnya… beberapa bagian memang tergantikan seiring berubahnya media komunikasi….

Lebaran dan Idul Fitri tetap menjadi sebuah perayaan istimewa. Diiringi dengan doa bahwa  Allah menerima amal ibadah kita selama sebulan penuh Ramadhan, doa bahwa kita masih bisa bertemu dengan Ramadhan tahun depan, namun ada satu hal yang saya perlu garis bawahi untuk saya sendiri : Saya ingin di luar bulan Ramadhan saya tidak lebih buruk dari apa yang saya amalkan dalam menyambut Ramadhan, tidak ingin ini hanya sebuah fenomena sesaat, karena bulan yang istimewa ini hanya datang setahun sekali…

Haarlem, 19 September 2009

– Febrian

Mohon Maaf lahir dan batin, jika ada kesalahan yang saya sengaja maupun tidak sengaja, baik secara maya maupun tidak maya, Doa semoga barakah dan Rahmah Allah menyertai kita semua, Semoga amal ibadah kita diterima di sisi Allah SWT………..

Minal Aidzin wal Faidzin,

Eid mubarak jongens, taqabal Allah minni wa minkum salih al a’mal!

Change Theme Notepad++ 5.4

I have just downloaded Notepad++ 5.4 unicode, and I noticed that there is new folder called “themes” inside program’s installation folder. Notepad++ 5.4 has really nice new feature that I like it very much( and I am sure others designers like it as well).

My colleagues and I often change notepad++’s “stylers.xml” file. This file defines the style of our notepad++ environment. For example we want the background of the text editor to be black, instead of white (the default color). Those configurations is managed in this file.

Now, Notepad++ version 5.4, the latest of unicode version, provide a new feature, that text editor user can change the preferences above “on the fly”. We don’t need to change stylers.xml, renamed the original, and then restart notepad++ (those what we did in the past).

Go to Settings > Styler Configurator : Select Theme


Notepad++ Theme Selector

Notepad++ Theme Selector

Fortunately, there  are several themes available (Vibrant Ink, Ruby Blue, Plastic Code Wrap – my favourite, etc), their definitions are saved in “themes” directory inside application’s installation folder.  If you need to defines yours, copy one of the those xml theme file and rename it. Nice thing about styler configurator panel is it also acts as styler editor too. you can change the preferences of each style, and the changes that you made will stay, saved in the definition file.

So, have fun!

Oldies

Lagi pengen  rajin nulis 😀 Saya sering membuka postingan dengan sebuah pertanyaan, termasuk tulisan sekarang ini. Postingan kali ini diilhami oleh satu pertanyaan penting ndak penting :

Masih kah anda rajin membuka profile Friendster anda?

Cepat juga ya situasi berubah, sama halnya ketika kita beralih dari Yahoo ke Google, dari Yahoo mail ke Gmail, dari SMS ke Internet Messenger. Yah itulah fenomena dari teknologi. Semua berada di jalur cepat, yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan “umat manusia”, akan tersingkir dengan cepat.

Saya ingat menjelang tahun ke dua masa kuliah saya di ITB, Friendster tiba-tiba begitu populer. Semua mendadak aktif  di laboratorium komputer, tentunya untuk mengecek profile, testimonial, upload foto, sampe terkenal foto friendster dengan ciri khas muka menghadap ke atas ( menghilangkan efek pipi bulat seperti yang saya punya ) dan diambil dengan hp resolusi seadanya.  Bahkan aktivis percumian ITB pun dibuat resah karena bandwith ITB tampak dipakai sebagian besar untuk mengunjungi website pertemanan satu ini. Menurut rumor, Friendster adalah salah satu website yang diblok aksesnya di ITB.

Beranjak ke 2007, setelah fenomena Friendster (FS), tiba-tiba muncullah F yang lain, FB (Facebook). Fenomena nya lebih hebat lagi, bahkan rasanya hampir merasuk ke segala sendi kehidupan, dipadu-padukan dengan bidang-bidang lain, dunia jurnalistik, penelitian, psikologi, asah otak, entertainment, semua mencoba memanfaatkan Facebook sebagai sebuah sarana dan media. Dan seperti biasa, di kalangan masyarakat Indonesia, pertengahan tahun 2008, FB merebak populer dengan cepat (walau agak telat, sekitar 7 bulan setelah saya kenal di Belanda, FB baru mulai dikenal di Indonesia). Ada masa-masa dimana saya menerima puluhan request teman dalam sehari saking beranjak populernya situs pertemanan ini.

Karena Friendster dan Facebook menggarap pasar yang sama, saya rasa harus ada satu pihak yang mengalah. Saya adalah orang konservatif, butuh waktu cukup lama untuk mengalihkan perhatian saya ke Facebook. Akhir 2008 lalu saya masih lebih rajin mengecek Friendster dan mengabaikan pesan-pesan dari Facebook.  Sekarang? label email saya tentang friendster telah teronggok tersembunyi di kumpulan label-label email saya yang tak pernah saya baca hahahaha. Login ke friendster pun sudah tak ingat lagi kapan saya terakhir melakukannya.

Friendster pihak yang kalah itu jelas. Facebook unggul dengan didukung aplikasi yang dibuat oleh para developer. Ada aplikasi macam kuis, seberapa jauh kamu mengenal saya, menjadi petani jadi-jadian, membuat penggunanya betah berasyik masyuk di depan komputer (akhir-akhir ini saya sering memakai kosakata “asyik masyuk”, tah papa…). Menurut saya Facebook sendiri sangat “web 2.0” aware, ditandai dengan penggunaan Ajax yang sangat user friendly. Hampir semua aktivitas di dalam facebook bisa dilakukan dengan nyaman, foto-foto pun bisa diupload dengan cara menyenangkan.

Facebook sendiri tidak segan-segan merefresh tampilannya, memperbaharui dirinya sendiri yang menurut saya sangat dibutuhkan, terbukti saya lebih suka dengan tampilan yang sekarang dibanding dengan tampilan perkenalan pertama saya dengan si doi, wall penuh dengan pesan-pesan dari aplikasi. Kesesakan informasi waktu itulah yang membuat saya masih setia dengan Friendster yang masih fokus dengan profile dan personal antara pengguna. Namun penyegaran tampilan oleh Facebook, membuat saya kagum betapa Facebook mampu mencermati kebutuhan dan keinginan penggunanya, dan kemudian merespons nya dengan cepat.  Pesan-pesan ndak jelas di wall dihilangkan walau tetap bisa diakses, membuat saya kemudian selingkuh ke FB karena segala kemudahan yang diberikan. Perselingkuhan ini juga tidak mengesampingkan alasan kepopularitasan Facebook sendiri. Teman-teman rata-rata sudah beralih ke Facebook. Popularitas di dunia social networking menjadi “make sense” menilik bahwa tidak ada gunanya kita cuap-cuap dan rajin mengakses kalau ternyata tidak ada yang menggubris dan tidak ada yang digubris ^^.

Friendster? miris (ini kosakata lain yang akhir-akhir ini sering saya pakai). Saya melihat ada usaha dari Friendster untuk memulai perubahan, contohnya usaha untuk mengintegrasikan aplikasi di dalam dunia perfriendsteran.  tapi mungkin bisa dikata sudah terlambat… orang-orang sudah sayang dengan mainan barunya. Walaupun kadang saya masih heran, ada masa Friendster malah dijubeli dengan iklan-iklan norak yang asal pasang dan ndak sinkron dengan tampilan Friendster itu sendiri, berbeda dengan Facebook yang menampilkannya secara elegan (google way). Kok si Friendster ini tidak berbenah tapi malah carelessly membiarkan penggunanya melenggang pergi.  Tampilan iklan di Friendster saya amati sedemikian besar dan mengalihkan perhatian dari isi website itu sendiri.

Terakhir juga saya lihat, tiap akses menu dan posting di friendster sendiri masih ditandai dengan posting dan refresh seluruh halaman, mengabaikan teknologi ajax yang begitu user friendly. Ketidak sigapan menghadapi tantangan dan teknologi baru inilah yang membuat Friendster bagai menggali lubang kuburnya sendiri. Sekarang ini saya tidak yakin bahwa masih banyak orang yang mengakses Friendster, terutama masyarakat Indonesia. Ketika Facebook semakin populer, bahkan ayah saya telah terdaftar, Friendster akan menjadi masa lalu, tenggelam bersama cerita-cerita usangnya teknologi yang lain…

Jadi begitulah teknologi, semua adalah tentang kebutuhan pengguna. Yang tidak berhasil memenuhinya akan tersingkir. Friendster menjadi pihak yang kalah secara “waktu”, dengan datangnya pendatang baru yang lebih menarik dan berkilau, Friendster telah takluk, minimal untuk saat ini….Friendster suatu saat akan menjadi kenangan di kalangan oldies, mengingat masa-masa jayanya.

Sudahkah anda login Facebook hari ini? Saya sudah. Sudahkan anda login Friendster hari ini? errrr……………..

Dunia, antara internet dan kenyataan

Saya sering merhatiin kalo komentar di detik.com dan kompas.com beda “kelas”. kalo di detik, komentar negatifnya umumnya lebih norak dan ndak berkelas, mengganggu suasana menikmati berita hehehehe

Dan ini yang bikin miris si.  Pagi ini saya membaca berita tentang awetnya jazad orang yang terkenal sholeh, sederhana dan pintar dalam ilmu beragama semasa hidupnya. setelah 26 tahun dikubur dan jazadnya akan dipindah, ternyata masih utuh, mengesampingkan fakta bahwa kawasan di sekitarnya adalah kawasan yang berupa rawa-rawa dan becek sehingga alasan utuhnya jazad karena faktor tidak ada nya organisme bisa terbantahkan.

Membaca cerita tersebut ya terang saja dalam hati : Subhanallah kuasa Allah SWT, ada hal yang ndak bisa dijelaskan oleh akal manusia. Saya berikan kekaguman dan hormat ke pada beliau jika memang amalan di masa hidupnya mampu melindungi nya di alam kubur sana. Nah saya lihat di bawah berita tersebut, ada 41 komentar… penasaran, saya buka lah kolom komentar tersebut.

Miris.  Beberapa komentar bodoh yang saya baca. Dengan alasan “ketidak ilmiahan berita”, ada beberapa komentar yang dengan tanpa hati berbicara : “mungkin dulunya diolesin minyak babi”, “banyak makan formalin ya makanya awet”. Mungkin mereka merana karena akal pikiran mereka diinjak-injak dengan bukti yang jelas. Bahwa apa yang mereka percaya terbantahkan, tapi karena mereka tidak mau menerima, sekenanya lah mereka mengait-ngaitkan sebuah cerita yang menurut saya inspirasi dan hidayah ke hal-hal yang ndak mutu dan ndak jelas. Sejujurnya saya merasakan itu sebuah insult atas perasaan “kagum dan hormat” saya ke beliau, kepercayaan saya…

Dunia memang berubah, ketika dulu manusia berlomba-lomba mencari Tuhan, sekarang mereka dipertuhankan oleh dirinya sendiri, ilmu pengetahuan, uang, kekuasaan… Saya ndak ingin terbawa begitu rupa, saya masih ingin percaya saya punya tujuan singgah di dunia yang fana ini, tidak hanya untuk bekerja mencari uang untuk dihabiskan di masa liburan terus kembali lagi bekerja, liburan lagi…

Mungkin yang berkomentar “bodoh” itu sudah kehilangan hidayah, biarlah dia berasyik masyuk dengan akal pikirannya sendiri yang dia agung-agungkan. Tapi dengan ada nya internet, saya rasakan bahwa usaha  mereka untuk melampiaskan atau pun menyebar luaskan kekeraskepalaan mereka  akan lebih mudah : tulis komentar-komentar bodoh, tulis artikel provokasi, sebarkan penghinaan….

Teman saya pernah berkata bahwa “Internet itu tempatnya berkumpul orang yang tidak tahu”. Jadi menurut saya harus pintar-pintarlah kita memilah informasi, Dunia sudah berubah, kita juga akan berubah, tapi semoga kita berubah ke arah yang lebih baik.

Saya mungkin menulis dengan emosi, namun sebenarnya yang saya takutkan adalah bahwa saya sebenarnya orang yang tahu tapi belum beranjak untuk berbuat….